Andai Haji Tak Lagi Menjadi Rukun Islam…

Tragedi kemanusiaan kembali terjadi dalam penyelenggaraan ibadah haji tahun ini. Setelah sebelumnya insiden jatuhnya crane yang menelan korban hingga 280 orang, terjadi lagi insiden terinjaknya jamaah haji dalam prosesi melempar jumrah di Mina. Korban yang tewas mencapai 310 orang.
Kejadian ini harus dipastikan tidak boleh lagi berulang dalam pelaksanaan haji di tahun berikutnya. Perlu adanya perhatian dan tanggung jawab yang berlebih dari pemerintah Arab Saudi selaki operator ibadah haji. Kejiadian in sebenarnya pernah terjadi pada tahun 2006 dimana jamaah terinjak-injak yang menewaskan 340 orang. Kejadian di tahun-tahun sebelumnya juga harus menjadi catatan tersendiri.
Perlu menjadi perhatian bersama adalah banyak para jamaah haji yang tidak memiliki pemahaman keagamaan yang baik. Pemahaman untuk mendahulukan kepentingan orang lain, sebagai contoh tindakan mengambil shaf orang lain merupakan hal yang lumrah terjadi, terlebih untuk jamaah haji dari wilayah afrika. Hal ini dilakukan demi mengejar kepentingan ibadan vertikal tanpa memeperhatikan ibadah horizontal.
Berdasarkan paparan diatas, dapat dilakukan upaya preventif agar kejadian terinjak-injaknya jamaah haji tidak lagi berulang. Pihak pemerintah Arab Saudi tidak boleh lagi berlindung dibalik doktrin agama jka kejadian ini semata-mata karena takdir Tuhan. Adapun upaya dari pemerintah Arab Saudi dengan memperluas wilayah Mina dan membuat kluster patut diapresiasi. Namun demikian ada baiknya jika klasterisasi dilakukan dengan mengelompokkan jamaah haji berdasarkan negara atau kondisi fisik jamaah. Tentu terdapat perbedaan yang mencolok antara struktur fisik tubuh jamah haji dari Asia Tenggara khususnya dengan jamaah haji dari Afrika. Terlebih pemahaman keagamaan keduanya juga berbeda.
Tulisan ini dibuat bukan bermaksud untuk rasis, namun lebih pada mengedepankan esensi dari ibadah itu sendiri. Ibadah hakikatnya agar orang yang melakukannya merasa aman dan nyaman. Pemerintah Arab Saudi juga harus melakukan evaluasi besar-besaran dengan mengundang pakar dari universitas atau lembaga riset terkemuka untuk memodelkanantrian dalam pelemparan jumrah. Adanya model yang dibuat sangat penting untuk segera dilakukan agar korban tidak lagi berjatuhan.

Apalah arti haji itu sendiri, jika akan menimbulkan pandangan yang buruk saat pelaksanaan haji tidak berjalan/dikelola dengan baik. Jangan sampai terjad orang akan enggan pergi haji karena besarnya resiko yang mereka hadapi. 

Leave a comment