Para pengabdi….

Waktu menunjukkan pukul 12 siang tepat saat itu hari Jumat, aku harus mencari masjid terdekat untuk melaksanakan kewajiban sebagai muslim, sebelum kembali melanjutkan perjalanan menuju daerah dimana Pramudya Ananta Toer dilahirkan.   Seperti sholat Jumat sebelumnya, Tak tampak hal yang menarik untuk diperhatikan. Namun, aku mencoba untuk mencari hal lain yang dapat menarik perhatianku. Pandanganku tertuju pada bangunan sederhana yang berdiri diantara gersangnya daerah ini, sekitar puluhan orang lalu lalang menuju bangunan yang dapat dikatakan sebuah mesjid. Saat kuperhatikan lebih jauh lagi, aku melihat kondisi masyarakat yang umumnya bermata pencaharian sebagai petani. Raut muka yang tampak lelah setelah seharian bekerja tak dapat disembunyikan bagi yang melihatnya. Meski demikian, semangat mereka untuk menjadi pengabdi pada Sang Pencipta tak pernah pudar.
Di tengah kondisi perekonomian yang sebagian merupakan kalangan kurang berada, tak menjadikan penghalang bagi mereka. Penyampaian isi khutbah yang menggunakan bahasa Jawa sebagian dapat ku pahami, meski materi yang disampaikan sama pada kebanyakan materi khutbah Jumat lainnya, namun ada hal yang membedakan yakni khotib yang menyampaikan. Aku menduga bahwa ia merupakan lulusan sebuah pondok pesantren, namun ia tak lari dari daerahnya. Ia lebih memilih untuk tetap tinggal di daerahnya mengabdikan ilmu yang dimiliki untuk orang yang membutuhkan. Ia tak lagi silau pada gemerlap bumi ini, ia lebih memilih untuk hidup dengan kesederhanaannya.
Aku melihat bahwa ketulusan hati mereka, kesabaran dan keikhlasan lebih dibandingkan orang lain yang menggunakan simbol agama untuk memperoleh legitimasi bagi dirinya.
Dari gambaran kondisi struktur sosial masyarakat yang berbeda sudah menjadi kewajiban bagi para pengabdi lainnya untuk belajar terlebih dulu sebelum turun ke arena perjuangan.
Terkadang Kau Tak perlu membawa simbol-simbol yang menunjukkan eksistensi dirimu, cukuplah kau menjadi dirimu sendiri. Yang dibutuhkan saat ini adalah proses Islamisasi bukan arabisasi.
Biarkanlah Mereka dengan warnanya masing- masing tanpa kau harus merubah Warnanya harus menjadi seperti ini dan itu. Ajarilah Para kawula alit ini dengan penuh kesabaran, dan ketekunan. Semoga dari sini kau dapat memperoleh pelajaran dari mereka.
Sugeng

Leave a comment